Keindahan alam Indonesia beraneka ragam, dari gunung, hutan, pantai, hingga laut. Pada tanggal 15 Juli – 24 Juli 2009, empat orang anggota GAPPALA: Johan “Tokek” Susilo, Aldrian “Jentrunk” E. Touwe, Christian “Wedhus” Victor H., dan Theodosius “Bledug” Waruwu melakukan perjalanan Semeru-Penanjakan-Bromo-Sempu, dari keindahan alam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan gunung-gunungnya ke Cagar Alam Pulau Sempu dengan hutan-hutannya yang lebat.
Perjalanan dimulai hari Rabu (15/07/2009) menuju Malang dengan kereta api, dilanjutkan naik angkot ke Tumpang. Dari Tumpang dijemput dengan Jeep, lalu menginap semalam di Desa Jeru. Keesokan harinya berangkat menuju basecamp Ranu Pane.
Untuk bisa memasuki kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) terdapat beberapa ketentuan yang harus diikuti, di antaranya yaitu melapor ke kantor TNBTS, menyerahkan fotocopy identitas dua lembar per orang, materai Rp 6.000,- untuk keperluan surat izin pendakian, dan membayar biaya restribusi untuk empat orang Rp 35.000,- (termasuk izin ke bromo Rp 6.000,- dan biaya retribusi satu kamera Rp 5.000,-). Untuk turis biaya restribusi kamera Rp 50.000,-. Warga Indonesia yang bermaksud membuat film di TNBTS dikenai biaya Rp. 2,5 juta, sedangkan untuk warga asing Rp. 5 juta.
Saat tiba di basecamp Ranu Pane melapor lagi dan mengisi buku tamu. Oleh petugas basecamp diinformasikan bahwa pendakian hanya diizinkan sampai di Kali Mati karena sudah sekitar tiga bulan kawah Jonggring Seloka tidak mengeluarkan letusan vulkanik, tetapi kalau nekat resiko tanggung sendiri.
Dari basecamp Ranu Pane, pendakian dimulai menuju lokasi camp Ranu Kumbolo. Perjalanan yang ditempuh sekitar lima jam dengan istirahat sejenak di pos 3 untuk makan siang. Suasana di sekitar Danau Ranu Kumbolo cukup ramai oleh para pendaki yang telah lebih dulu mendirikan tendanya di sana.
Keesokan harinya (17/07/2009) pukul 09.30 pendakian kembali dimulai menuju Arcopodo (3600 mdpl), lokasi camp terakhir sebelum Puncak Mahameru (3.676 mdpl). Jalur yang dilalui yaitu Tanjakan Cinta, Sabana Oro-Oro Ombo, hutan pinus, dan Kali Mati. Di shelter Kali Mati makan siang dan istirahat sejenak sebelum mencapai Arcopodo.
Setelah menginap semalam di Arcopodo, pendakian dilanjutkan pukul 03.00 agar dapat melihat sunrise di Puncak Mahameru. Perjalanan yang cukup berat ditempuh selama kurang lebih empat jam melalui jalan yang berdebu, berpasir halus, dan terjal. Setiba di puncak, telah banyak pendaki lain yang sedang mengabadikan momen berada di Puncak Mahameru. Pemandangan dari Puncak Mahameru sangat indah. Setelah puas berfoto, keempat teman kita turun dari puncak dan menginap lagi semalam di Ranu Kumbolo. Keesokan harinya (19/07/2009) tiba di basecamp pukul 13.20.
Mereka beristirahat semalam di basecamp dan pada hari Minggu (20/07/2009) pukul 01.50 dijemput dengan jeep menuju Penanjakan melewati Bromo dengan jarak kurang lebih 40 km yang rutenya naik turun serta berkelok-kelok. Untuk menyewa jeep dari basecamp Ranu Pane menuju Penanjakan, Bromo, dan kembali ke Tumpang diperlukan Rp 600.000,-.
Tiba di Penanjakan pukul 03.10 dan menunggu terbitnya matahari untuk menyaksikan panorama Gunung Bromo, Batur, dan Semeru. Karena keindahan panoramanya, Pananjakan ramai dikunjungi wisatawan, lokal maupun asing.
Pada hari ke-7 (Senin, 21/07/2009), perjalanan menuju Pulau Sempu dimulai, naik angkot dari pasar Tumpang ke Sendang Biru. Pulau Sempu yang memiliki luas 877 hektar ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan SK. GB No. 26 pada tanggal 15 Maret 1928. Sebelum menyeberang, terlebih dahulu melapor ke kantor Cagar Alam Pulau Sempu di Sendang Biru untuk izin berkemah, lalu menyerahkan KTP untuk dicatat dan mengisi buku tamu.
Jika dibutuhkan, petugas kantor CA Pulau Sempu juga siap mengantar untuk menjelajahi Pulau Sempu menuju lokasi-lokasi lainnya di dalam Pulau Sempu. Karena pulau sempu ini luas, hutannya masih lebat, dan bisa tersesat jika tidak mengenal rute menuju lokasi-lokasi tertentu seperti menuju Telaga Lele, Pantai Kembar 1, Pantai Kembar 2, Pantai Pasir Panjang, Segara Anakan, dll. Lokasi yang paling umum dikunjungi seperti Segara Anakan jalurnya jelas, namun tetap saja butuh petunjuk dari petugas. Agar tidak tersesat, petugas menggambarkan peta menuju lokasi camp di Segara Anakan.
Dari Pantai Sendang Biru menyeberang ke Pulau Sempu diperlukan waktu sekitar lima belas menit. Kapal tidak dapat merapat di Tanjung Semut, pintu masuk ke Pulau Sempu, yang didominasi oleh hutan bakau dan rawa-rawa sehingga keempat teman kita harus berjalan di air setinggi lutut.
Untuk mencapai lokasi kemah di Segara Anakan harus melewati hutan yang lebat dengan pohon-pohon yang tinggi dan lembab dengan waktu sekitar satu setengah jam. Segara Anakan merupakan pantai pasir putih yang dikelilingi bukit dan tebing-tebing karang. Terdapat sebuah celah karang yang dinamai Karang Bolong, ini merupakan celah tempat masuknya air laut pada saat pasang. Karang Bolong ini selalu dihantam ombak pada saat ombak besar datang dari Samudra Hindia.
Sayangnya selama berada di Segara Anakan, cuaca selalu mendung dan hujan sehingga tidak dapat menikmati cerahnya matahari di Segara Anakan. Selama berada di Pulau Sempu juga mengunjungi Pantai Kembar 1, Pantai Kembar 2, dan Pantai Pasir Panjang.
Akhirnya pada hari Jumat (24/07/2009) mereka meninggalkan Pulau Sempu dengan hutannya yang lebat dan keragaman satwanya untuk mulai perjalanan pulang menuju Yogyakarta. Total biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan ini, sudah termasuk transport dan logistik (konsumsi), sekitar Rp 400.000,- per orang. (tjak, 16.190)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.